My First Abroad: Malaysia: ASIA YOUTH INTERNATIONAL MODEL UNITED NATIONS 2017, KUALA LUMPUR

This journey would be the long story, so enjoy it and happy reading :).


           Alhamdulillah.... akhirnya! Akhirnya aku abroad! Yaa walaupun masih negara tetangga dan negara yang deket banget, tapi aku udah seneng. Aku melihat ke luar jendela pesawat. Semuanya putih. Aku baru ngerasain gimana rasanya diatas awan dan terbang kayak gini, padahal kata mamah dulu pas tiga tahun udah pernah naik pesawat ke Palembang, tapi aku lupa. Rasanya ini yang pertama kali, ke Malaysia. Ga peduli walau naik pesawat yang nggak expensive, yang penting kan abroadnya, bukan maskapainya :p.

           Ya, buat orang yang jajan tiga ribuan aja masih mikir tujuh keliling kaya aku, gimana ga percaya kalo aku bisa abroad gratis. Apalagi kesana bukan buat buang-buang waktu dan jalan-jalan percuma, tapi aku bakal ikut konferensi! seAsia, PBB pula. Astaga, ga pernah aku mimpi ikutan kaya gini. Beneran. Ga pernah kepikiran sama sekali.

When i just opened the email :o


           Aku lihat lagi ke luar jendela. Banyak pohon kelapa sawit di pinggir pantai dan laut yang biru. Artinya sebentar lagi pesawatnya mendarat. Semakin dekat dengan negerinya Upin dan Ipin. Dan... akhirnya mendarat!

           Alhamdulillah sampai juga. Aku ada di tanah yang beribu-ribu kilometer jauhnya dari Bandung. Perjalanan jauh buatku. Akhirnya kakiku menapak tanah negeri orang. Siapa sangka aku bisa?

           Aku, dan teman-teman seperkenalanku di Bandara Husein Sastranegara sampai di Kuala Lumpur International Airport 2 sekitar jam 11 pagi (menuju siang, waktu KL). Sesampainya di KL kami langsung beli kartu SIM Malaysia :D seharga 30 RM (dah paling murah itu). Saat itu aku melihat keluar jendela, ah.... Ya Allah terima kasih atas nikmatMu yang luar biasa ini.
Finally arrived safely 



           Sehabis beli kartu, kami mengantri untuk laporan ke imigrasi Malaysia sebagai pendatang asing. Beneran deh itu mah lama banget ngantrinya. Beneran lama dan panjaaaaaaang banget antriannya. Capek bangeeet. Nah, abis finger print di imigrasi, baru deh aku lanjutin ke luar-luarnya (sumpah airportnya gede banget) sampe ketemu sama LOnya AYIMUN. Ternyata peserta AYIMUN yang dateng udah banyak. But, kita baru naik bis ke hotel jam 3 :(. Yaa gitu, abis nungguin temen-temen yang lain dateng, udah lama-lama nunggu akhirnya bis dateng juga. Sewaktu aku di bis aku terus aja ngeliat ke luar jendela, pengen bener-bener liat Malaysia tuh kayak gimana. Bener-bener ga mau kelewat sedetik pun. Daaaaan ternyata Malaysia seperti ini, walau Kuala Lumpur kota utama, KL masih punya BANYAK BANGET lahan kosong (lahan kosong loh ya bukan taman-taman tertata)! Asli, Bandung aja kalah. Di sebelah kiri itu masih perkebunan kelapa sawit. Jalannya sepi dan mobil semua. Aku kira aku ada di jalan tol, ternyata bukan jalan tol.

           Kalo soal kebersihan, emang Indonesia yang kalah. Tapi masalah hidup/enggaknya sebuah kota, pokonya Indonesia nomor 1. Malaysia tuh bener-bener sepi. SEPI. Aku gatau dimana orang-orangnya, aku sampe mikir orang Malaysia bener-bener kaya, kerjanya aja dari rumah. Di tiap pinggir jalan ada pohon-pohon  rindang. Tapi, Malaysia kota yang nggak ceria menurutku, gedung-gedungnya hanya berwarna abu dan kuning pucat. Serasa tidak ada kehidupan, tidak ada warna. Aku setuju dengan pendapat kakak sepupuku, "Kalo keluar negeri tuh bukan malah benci sama negara sendiri, malah sebaliknya, semakin cinta dan semakin tahu bahwa negara kita itu terbaik dan terkeren.". Bener banget, aku ngerasain hal itu.

          Sampe di hotel, registrasi ulang, ambil makan siang, dan cus ke kamar. KAMAR 1541 lantai 15. Wow, lumayan tinggi nih kamarku. Aku lihat di daftar registrasi ulang tadi kalau aku sekamar dengan kak Tania Ramadhani. Seperti apa ya orangnya? yang pasti kayaknya orang Indonesia. "Kak Tania?" begitu saat aku masuk kamar. "Iya, Aifa ya?" aku mengangguk. Kemudian masuk ke kamar. Kamarnya keren bangeeeeeet!

My room with sister Tania from Malang

The left side of my room


Setelah mandi dan beres-beres barang, kami turun ke lantai 9, ballroom hotel untuk menghadiri Opening Ceremony. Opening Ceremony pun dimulai. Disana aku duduk di meja yang dekat dengan panggung agar kelihatan jelas. Di mejaku ada 2 orang Indonesia, 2 orang Malaysia, 2 orang India dan 1 orang Pakistan. Kami disuguhkan Rentak Seni Malaysia sebagai pembuka. Kemudian pidato dari Secretary-General, M.Rizal Saanun, dan ada materi dari 3 speaker Internasional. Aku mencatat apa saja yang kuanggap penting untuk dicatat. Kata-kata yang terlontar dari mulut mereka seakan mencambuk punggungku untuk bisa menjadi "The Agent of Change".

With some new friends :D

The Stage and the crowd

Caroline, explain the refugees and UNHCR, my council!

Selesai motivasi dari para speakers, dilanjutkan dengan simulasi hari inti besok. Bagaimana sesi komite akan berlangsung. Dari situ aku mulai terbayang apa yang akan aku lakukan besok. Semoga aku bisa dan semuanya berjalan lancar :D. Opening Cerenomy ditutup dan semua peserta kembali ke kamar masing-masing.

Aku bangun jam 4an pagi waktu KL. Setelah shalat tahajjud, aku membuka Youtube untuk melihat video MUN (Model United Nations) di belahan dunia lain, sambil menunggu waktu subuh, karena waktu subuhnya jam 5.40 :p. Kak Tania juga ikutan buka Youtube. Dari situ aku mulai kebayang hari ini aku bakal ngapain aja.

Komite dimulai jam sembilan pagi. Aku melihat jam, sekarang sudah jam enam. WHAT? tapi langit masih gelap banget kaya jam 5-an. Bahkan jam 7 aja masih gelap (ya walau udah terang-terang dikit). Akhirnya aku baru mandi dan siap-siap jam setengah delapan. Jam delapan, aku dan Kak Tania turun ke lantai sembilan untuk breakfast di resto hotelnya.

Ya ampun restonya gedeeeee banget dan makanannya banyaaaaak banget. Aku sampe pusing mau kemana dulu dan ambil apa dulu, akhirnya aku ambil yang paling deket aja biar ga pusing dan pegel. :D :D :D.

The resto

Where i will go first?? :'D


Aku melihat-lihat grup UNHCR (komiteku, aku pilih komite ini karena aku sayaaaang banget sama yang namanya pengungsi, apalagi anak-anak pengungsi, dan karena Maher Zain juga bagian dari UNHCR :p), katanya, sesi komite UNHCR bakal diadain di lantai 35, alias lantai teratas. Wow, UNHCR gitu loh, paling tinggi :D. Tapi emang, masalah yang paling harus diselesain akhir-akhir tahun ini emang masalah pengungsi, karena konflik di suatu negara malah makin banyak (bukannya nambah dikit dan damai :(  ). Contohnya saja tahun 2017, masalah Rohingya. Kan jadi nambah banyak pengungsinya.

Aku dan beberapa delegasi UNHCR lain langsung ke lantai 35. Kami registrasi ulang komite dulu sesuai negara yang kita wakilin. Kemudian petugas wanita disana bertanya kepadaku dengan ramah, "Which country are you?", i smiled and answered, "Turkey". Then petugas itu menunjukkan kursiku. Ternyata kursiku ada di barisan paling belakang karena Turki berinisial T, kursi disusun sesuai alfabet negara.

Di komite UNHCR (United Nations High Commissioner for Refugees) AYIMUN 2017 ini ada 98 negara. Tapi, 98 tidak terlalu banyak. Coba tengok komite UNESCO yang punya 170an delegasi dan IMF yang punya 150an delegasi. Komite kami ini sedang-sedang saja, pas banget 98 delegasi dan 2 Chair and co-Chair, jadi 100.

Ruangan komite UNHCR

Ini di lantai 35 

Delegates are preparing 


Di sebelahku ada Tunisia, dan di sebelah kananku ada Turkmenistan. Delegasi Tunisia orang Indonesia, namanya Kak Diva. Delegasi Turkmenistan orang Philippines, namanya Justine. Wow! Aku sebelahan sama foreign? ternyata gini rasanya duduk di sebelah orang asing, antara seneng, bangga dan takut (takut karena kalo mau/diajak ngobrol pasti harus pake english kan).

With Justine, Delegate of Turkmenistan

My Table

Di depan sana aku melihat Chair and co-Chair ku (Pembina dan wakil Pembina, kalo di PBB asli ketua sidangnya gitu), tidak, maksudku Chair and co-Chair UNHCR. Chairnya laki-laki, namanya Russel Marino dan co-Chairnya perempuan, namanya Sophie Ang. Keduanya orang Singapura dan masih kuliah di Singapura. Russel di National University Singapore (NUS) dan Sophie di Yale National University. Yang jelas, keduanya masih muda, pintar, dan pernah menang setidaknya dua kali award di MUN lainnya.

           Sesi komite pun dimulai. Chair mulai dengan 'Roll Call' (absen) yang dimulai dengan negara Afghanistan dan diakhiri negera Venezuela. Aku dipanggil 6x lebih dulu sebelum Venezuela. Saat Roll Call, delegasi boleh bilang 'present' or 'present and voting' kalau mau ikut voting nantinya. Aku pilih present and voting.

           Setelah roll call, harus ada satu peserta yang mengajukan mosi Moderated Caucus (debat/diskusi termoderasi), Moderated Caucus di moderatori oleh Chair and co-Chairnya sendiri. Apabila tidak ada yang mengajukan moderated caucus, maka Chair akan melaksanakan moderated caucus dengan sendirinya. Aku lupa lagi delegasi negara apa waktu itu yang mengajukan MC, kalau nggak salah delegasi Meksiko. Setelah mosi untuk MC disetujui, Chair membolehkan delegasi untuk mengajukan mosi selanjutnya. Mosi selanjutnya adalah mosi untuk debat tentang topik apa yang mau dibahas (sebelum berangkat ke Malaysia memang setiap komite diberi 2 topik. Topik A untuk UNHCR adalah 'Adressing Resettlement Planning of Refugees' dan topik B berjudul 'The Protection and Rights of Internally Displaced Person').

           Tapi, tidak ada yang maju dalam debat topik ini, walau Chair sudah menawarkan berkali-kali untuk maju. Aku tidak mau maju (padahal aku udah nyiapin teks debatnya :(((() karena saat di grup WA, semua negara udah setuju bakal bahas topik A. Jadi apa yang mau didebatkan? Russel bilang, "Kalau tidak ada yang mau debat, maka rapat akan dengan sendirinya dijatuhkan pada topik A. Apakah kalian setuju?" tentu saja kami bilang 'Yes'.

           Mosi untuk topik A pun diluncurkan. Aku awal-awal masih belum mengerti bagian ini. Tapi aku mulai mengerti ketika mosi pertama sudah terpilih. Jadi begini prosedurnya. Chair bertanya pada seluruh delegasi, "is there any motion on the floor?" kemudian ada beberapa delegasi yang mengangkat placardnya (placard: tanda pengenal yang ada di setiap meja delegasi bertuliskan nama negara di depan dan nama komite di belakang, dipergunakan saat roll call, motion, voting dan panggilan Chair) kemudian Chair menunujuk delegasi pertama yang mengangkat placard. "Delegate of Belgium, what is the point?" asked the Chair. "I want to make a moderated caucus with the title 'Before and after the third country's circumtances because of refugees', the time for this moderated caucus is two minutes per person". Kemudian co-Chair menulis judul itu yang screennya dibagikan pada layar, agar semua delegasi bisa melihatnya. Setelah itu, Chair menunjuk delegasi lain yang ingin mengajukan mosi. Setelah usulan-usulan tertampung, kami diperbolehkan voting, mana pembahasan yang ingin kami bahas dari usulan-usulan di layar. Topik yang mendapat mayoritas suara akan dipilih jadi topik pembahasan (btw topik di mosi ini topik turunan dari topik A tapi lebih spesifik). Setelah mosi terpilih, maka delegasi-delegasi yang ingin menyampaikan pendapatnya/berpidato boleh mengangkat placardnya lagi untuk dimasukkan dalam speakers list. Maka delegasi-delegasi yang tadi ingin pidato dipersilakan menyuarakannya di mikrofon yang telah disediakan. Speaker selanjutnya mengantri di belakangnya agar yang lain gausah lama-lama nunggu yang mau pidato  jalan ke mikrofon, apalagi ruangannya cukup luas.Semuanya dalam bahasa Inggris.

Delegate of Pakistan

Delegate of Chile

hehee maaf ini mah ss dari temen


Astaga, ternyata kegiatan seperti itu terus berlanjut sampai sore!

Aku memperhatikan berjalannya sesi komite. Semua orang, ketika mengangkat placard untuk pidato, pasti setelah itu langsung pidato di mik. Itu kan butuh kemampuan bahasa Inggris yang sangat ahli! Apalagi yang dipakai bahasa Inggris baku. Aku bisa bahasa Inggris, tapi kalo bahasa inggris baku aku nggak yakin. Belum lagi kalo grammarku salah, bisa-bisa dimarahin Chair. Liat aja tadi delegate of Germany mau ngajuin motion but her grammar was wrong, so Chair interrupted her and said "Delegate of Germany, you're not recognized." kan sakiiit dibilang gitu!

Jadi, aku harus tulis dulu pidatoku. Maka, aku pun menulis pidatoku. Tapi itu butuh waktu lama :(. Aku bertekad, setidaknya aku sekaliiii aja pidato di acara ini. Ga boleh disia-siain. Aku pasti bisa.

Bingung mau nulis dari mana :(


Aku hampir selesai menulis pidatoku, ketika Chair membuka kesempatan kepada para journalists from International Press committee (yang barisan duduknya di belakangku) untuk memberi komentar atau kritik sekitar 20 menit di depan. (BTW setiap komite {UNHCR, UNHRC, UNESCO, IMF, ARF and OIC} punya journalists masing-masing dari International Press, mereka tugasnya meliput dan mengkritik peserta komite inti. Delegasi IP keren-keren, mereka tuh ngewakilinnya bukan negara, tapi media internasional kaya CNN, BBC dan New York Times). Dan, saat itulah kesempatanku datang. Datang dengan tiba-tiba. Ingat, saat itu pidatoku belum selesai ditulis. Tapi rupanya Allah pengen aku lebih cepat maju.

Ketika aku sedang asyik-asyiknya nulis pidato, salah satu delegasi Press Corps itu (entah media apa) menyinggung nama Turki berkali-kali. "Is there any delegate of Turkey? Turkey! yeah, as we know that Turkey is the biggest country of refugees." Aku ditepuk-tepuk sama kak Diva dan Justine. "Turki tuh! Maju sana!" YA AMPUN! Aku dipanggil ke depan dongg. Duh udah deh waktu itu jantung beneran berdetak keras banget. Takut, takut dimarahin kenapa TURKI, SEBAGAI NEGARA PENAMPUNG PENGUNGSI TERBESAR DI DUNIA DARI TADI MALAH DIAM SAJA DAN TIDAK MENYAMPAIKAN APAPUN. Nah loh. Mati aku.

Tapi aku seneng juga, akhirnya aku punya kesempatan pidato, walau dengan cara dipaksa kayak gini. Di depanku ada delegasi Pakistan yang lebih dulu di mention, dia orang Pakistan asli, bahkan sampe pake pin bendera Pakistan di kerah jasnya. Nasionalisme yang bagus.

Sambil nunggu Pakistan selesai pidato (berharap dalam hati biar Pakistan lama pidatonya), aku komat-kamit ngelafalin apa aja yang aku mau sampaikan nanti. Delegasi Press Corps yang tadi manggil aku bertanya "What Turkey has done for the refugees, and how many refugees in Turkey? What is Turkey's policies and procedure for resettle refugees?" dan itu berarti aku harus menyampaikan semua data pengungsi di Turkey dari data yang sudah aku kumpulkan sebelumnya. Jantung aku bener-bener mau copot, karena waktu itu semua peserta ngeliat ke aku. Termasuk Russel and Sophie!

Astaga, ya Allah jangan biarkan pidatoku nanti malu-maluin. Aku sampe bolak-balik meja-mikrofon 3x buat ngambil kertas data yang aku print sambil nunggu Pakistan, takut nanti ada data yang kelewat.

Untung jarak meja aku sama mikrofon deket. Jadi ga terlalu keliatan kaya orang linglung :p, dan saat Pakistan udah selesai, dia ngeliat ke aku dan dengan isyarat tangannya mempersilakan aku maju. ARGH! bener-bener deg-degaaan. Bayangin aja, kalo kamu jadi aku, kamu dipanggil ke depan mempertanggungjawabkan negara kamu, disuruh pidato di depan 97 peserta UNHCR lainnya (yang kebanyakan emang udah expert di bidang kayak ginian, kebanyakan mereka udah pada kuliah di jurusan HI, ilmu politik, ilmu pemerintahan atau politic science dan udah berkali-kali ikut MUN, banyak juga sih yang baru pertama kali kayak aku), 2 Chair and co-Chair, 8 journalists International Press Corps, dan dua petugas pengantar surat. Belum lagi staff hotel yang lalu lalang di sekitar ruang komite!

Tapi ini kesempatan yang belum tentu semua orang punya. Dari 5300 pendaftar AYIMUN 2017, cuma 600 yang terpilih. Diluar sana, ada 4700 orang yang pengen di posisi aku. Bismillah.

Akhirnya, berpidatolah diriku ini. Aku emang hafal semua data pengungsi di Turki, jadi sebenarnya sia-sia aja dari tadi aku bolak-balik meja-mikrofon buat ngambil kertas research. DAN TERNYATA AKU BISA NGOMONG INGGGRIS BAKU! Astaga, dan aku ga liat teks sama sekali. Untungnya aku ga gagap waktu itu. Delegasi-delegasi IP menatap tajam ke arahku dan aku bisa tatap balik ke mereka tanpa rasa takut. GOD! apa kubilang di awal, aku ini bisa. Dan mumpung aku lagi pidato, aku juga sedikit menyinggung apa yang dari tadi aku tulis, biar sekalian. (Sayang ih ga ada yang moto aku waktu aku lagi pidato, sedihhhh )

Oiya, tentang petugas pengantar surat. kita memang bisa berkirim-kiriman surat ke delegasi negara lain. Serunya, aku bisa berkirim-kiriman surat dalam bahasa Inggris, tapi kamu menyapa dia dengan nama negaranya. Contohnya ketika aku berkirim surat dengan delegasi Germany. Aku mengajak Germany untuk masuk dalam bloc ku, agar kita bisa bikin Draft Resolution bareng. Dia bales, "Hey Turkey. I have not taken Draft Resolution with another country. Yes, we can since our place is geographically near". Yang bikin aku senang adalah aku dipanggil dengan nama "Turkey" not Aifa. Hey Turkey, Hello Turkey. Rasanya seperti orang penting. Apalagi suratnya ditulis dengan format pengiriman "From Germany, to Turkey", "From Turkey, to Greece", or "For Turkey, -Ireland". Rasanya seperti dapat surat langsung dari negara-negara jauh. Keren. Aku bersurat-suratan dengan Jordan, Ireland, Japan, Italy, Greece, Germany, etc.

Caranya mudah saja mengirim surat. Tinggal tulis surat di kertas kecil, tulis negara mana yang kamu tuju, dan angkat tanganmu sambil memegang kertas kecil itu. Nanti petugas pengantar surat akan mendekat dan mengambil kertasnya, lalu dikasih ke delegasi yang kita tuju. Jadi kita ga muter-muter di ruangan. Suratnya bisa isi ajakan bikin draft resolution ataupun yang lainnya. Contohnya saja aku kirim surat ke Ireland buat minjem power bank :p.

Ternyata memang ada hikmahnya, aku dipanggil tiba-tiba sama delegasi Press Corps itu. Tidak lama setelah itu, kami langsung move ke Unmoderated Caucus, diskusi tidak termoderasi. Di Unmoderated Caucus, kamu bergabung dengan delegasi negara lain {disebut bloc} untuk membuat draft resolution sesuai purpose asli negara kamu, bukan pendapat diri sendiri. Jadi abis itu ga ada pidato-pidatoan lagi. Untung aku udah maju. Thanks a lot, kakak-kakak kece yang manggil aku ke depan :D.

Saat Coffee break tadi zuhur, aku sudah punya beberapa negara yang akan menjadi blocku. Ada Jordan, Ireland, Japan and Venezuela. Saat sore, bertambah ada Greece, Germany, Italy, and Lebanon. Tapi, saat unmo berlangsung, malah makin membludak negara yang daftar ke blocku. Kenyataannya memang negara yang menampung pengungsi memang banyak. Kami diberi waktu 15 MENIT untuk bikin DR. Saat itu. aku lihat ada 3 bloc. Bloc aku mungkin yang mendukung dan memfasilitasi pengungsi, bloc lain menolak pengungsi, dan yang lain ga ikut bantu dalam hal apapun. Pokoknya disana kita harus bisa mempresentasiin bener-bener kaya negara asli, walau pun kita pengennya ngedukung pengungsi, tapi kenyataannya negara kamu engga ngedukung, mau gamau kamu harus ikutin kebijakan negara kamu. Contohnya saja ada represent Israel waktu itu, dia pake kerudung, orang Indonesia, tapi kerennya dia bener-bener jadi delegasi Israel. Dia secara tegas menolak ini-itu padahal dia muslim gitu ya. Ya jadi harus ngikutin kebijakan negara asli. Oiya, temanku yang delegasi Japan harus pindah bloc karena pada keadaan aslinya Japan ga menampung pengungsi, tapi ga nolak juga.

Making Draft Resolution

My Bloc

Other Bloc


Setelah DR jadi, kami boleh mengkritik/mengubah draft resolution, disebut dengan amandment. Waktu itu delegasi Pakistan yang mengajukan amandment. (DR yang di amandment buat DR yang udah disetujuin sama Chair aja ya, yang lainnya dibuang :p. BTW bloc ku DR ga diterima karena salah format :p).

Ada satu peristiwa yang tidak bisa dilupakan saat akhir-akhir komite. Ketika amandment nya Pakistan sudah jadi dan segera dilaksanakan voting, aku pergi ke toilet. Saat keluar dari toilet, aku bertemu dengan seorang ibu-ibu petugas pembersih toilet hotel (itu masih di dalem area toilet, tau lah ya toilet hotel berandanya segede apa), dan membantuku mengambil tissue. Kemudian ibu itu bergumam "Waah hebat ya masih muda sudah ikut acara Internasional". Aku hanya tersenyum dan bilang terima kasih, Alhamdulillah. Ibu itu bertanya lagi, "Asalnya dari mana?" "Indonesia" "Oooh ibu juga orang Indonesia, Madura" katanya dalam logat Malaysia yang kental. "Oh ya? berarti ibu ngerti dong ucapan aku." "Ya ngerti dong.." ibu itu tertawa. "Sudah berapa tahun bu di Malaysia?" tanyaku. "Sudah 11 tahun dan belum pernah pulang...."

Jadinya ibu itu curhat ke aku. Beliau cerita, ia sudah ada di Malaysia 11 tahun yang lalu saat anak laki-lakinya masih 2 tahun. Seperti TKI lainnya, tentu beliau kemari karena alasan keuangan. Suaminya entah kemana, anaknya dititipkan ke ibunya. Hidup di Malaysia enggak seindah yang orang bayangkan. Walau kerja di hotel bintang 5, ternyata gajinya kecil sekali. Kerjanya full dari jam tujuh ke jam tujuh, ga ada shift atau istirahatnya. Paspornya hilang, dan kadang-kadang kost-annya di grebek polisi malam-malam hari. Ibu itu sampai ga bisa solat zuhur asar magrib (yang ini aku juga gatau gimana ngasih taunya karena ibu itu bener-bener ga punya waktu katanya :(( ) saking fullnya, sekali ketauan ga kerja langsung dimarahin. Ibu itu uangnya belum kekumpul-kumpul untuk pulang ke Indonesia. Beliau sampai nangis menceritakannya, sedangkan aku ga bisa berkata apa-apa mendengarnya. Akhirnya aku menemukan bukti nyata TKW yang tidak mendapatkan haknya di negeri orang. Semoga di masa depan aku bisa memperbaiki hal ini.

Saat curhatan berlangsung, aku mendengar gemuruh tepuk tangan dari luar. Riuh sekali. Sepertinya ada sesuatu yang hebat terjadi. Tapi aku ga mungkin meninggalkan ibu ini, kasihan dia. Beliau belum pernah curhat selain ke aku, katanya. Entah kenapa dia percaya padaku. Gemuruh tepuk tangan itu ada lagi kedua kalinya. Tapi aku tetap setia mendengarkan si Ibu.

Tiba-tiba kak Diva masuk WC, dan dia geleng-geleng kepala pas liat aku (ga ngeliat ke ibunya). "You have passed through the most crucial voting in this committee." WHAT? haduh, kelewat? beneran udahan nih votingnya? yaaaaaah :(. Crucial? emang se krusial apa sampe tepuk tangannya bergemuruh gitu?

Tapi, saat aku pikir lagi, dengerin cerita ibu ini juga ga ada salahnya, apalagi ini tentang pengalaman hidup yang kemungkinan akan berguna buat hidupku nanti. Aku izin keluar toilet bareng dengan kak Diva pada ibu itu, bilang Insya Allah jalan ibu akan dimudahkan yaa :').

Ga berselang lama abis itu, komite session berakhir. Ihhh sumpah aku sedih banget, rasanya cepet banget hari ini ada. Tiba-tiba aku sedih gitu dari tadi ga ngomong apa-apa, cuma minum air sama makan permen. Nulis pidatonya pake lama lagii :(((. Sedih banget pas penutupan committe session itu, rasanya terlalu singkat. Aku pengen pidato lagi, aku pengen voting lagi, aku pengen debat lagi, aku pengen dipanggil ke depan lagi. Aku udah ngerti sekarang gimana itu sidang PBB. Sumpah tiba-tiba gamau pulang dari ruang sidang.

Ya sudahlah, Mungkin nanti aku bisa more prepare for the next MUN, right? akhirnya kita ber-100 (sama Russel dan Sophie) berfoto dan ber-boomerang ria. Ini adalah peristiwa terhebat yang ada di hidupku sampai hari itu [karena pasti dan insya Allah peristiwa-peristiwa menakjubkan lainnya akan menyusul, aaamiiin]. Aku seneng, the first experience abroadku sangat bermakna dan berkesan <3.

My proudly council

BOOMerang go go UNHCR


Habis foto besar-besaran, kami foto-foto sama delegasi yang dikenal. Aku foto-foto sama teteh-teteh delegasi Japan, Italy dan Jordan, hehe. Abis itu aku bawa placard kebanggaanku ke hadapan Russel dan Sophie, seperti delegates lainnya. Aku pertama ke Sophie dulu. Dia tulis, "Hey Delegate of Turkey! Thanks so much for joining us this weekend. Hope that you'll speak up more in future. All the best for your future endeavours <3 Sophie" dan Russel menulis, "Dear Aifa, i wish we had more time so that you could have spoken up more! Thanks for being a part of AYIMUN, all the best! -Russel Marino, {TTD}".

Selesai dikasih notes kenangan (eaaaaa :D) aku minta mereka biar bisa foto. Dengan baik hati mereka mau, aku seneeeeeng bangettts. Habis itu, kami langsung ke kamar setelah ambil kotak makan malam. Kak Tania bilang, ia dan geng "Bala-bala"nya akan jalan-jalan malam ini, dia mengajakku ikut. Aku, karena gamau lama-lama ngabisin waktu di kamar doang, akhirnya setuju-setuju aja.

With My dearly Chair and coChair 


Kami berangkat sekitar jam 8 malem naik taksi online, berhubung ga ngerti apa-apa soal LRT. Kami berencana ke Petaling Street malam ini, destinasi selanjutnya dipikirin nanti aja.

Selama perjalanan aku merekam jalanan KL yang ramai namun gelap. Aku pikir Bandung lebih cerah than KL. Tapi selama perjalanan itu aku kepikiran aja kata-kata Russel dan Sophie di placardku tadi, mereka berdua sama-sama bilang "speak up MORE" yang menurutku, tafsirannya adalah: aku tuh udah berani dan bisa ngomong, tapi cuma dikit (btw karna waktu habis dan pas aku ngomong juga bukan kemauan aku tapi gegara dipanggil IP). Makanya mereka pake "MORE" pertanda mereka tau kalo aku udah pidato (asikkk pidatoku diliat :p). Yang penting aku udah sekali pidato, kan (ngebela diri sendiri aja aku sih :D). Daripada yang lain, banyak juga loh delegasi yang sama sekali ga ngomong, cuma angkat placard, turun placard, minum, makan permen, duduk dan mendengarkan aja.

Petaling Street


Sekitar 10 menit perjalanan, akhirnya kami sampai di Petaling. Aku, Kak Tania, Kak Vita, Kak Dini, Kak Anjani dan Kak Versy jalan bareng-bareng masuk ke gerbangnya. Petaling ini Chinatown, sebenernya di Bandung juga ada sih :P. Yang bikin aku kaget adalah, ternyata kondisi di Malaysia (yang pasar-pasar tradisional kaya gini) ga jauh beda sama di Indo. Banyak sampah, air tumpah, bau kencing dsb. Pas liat toko oleh-oleh Malaysia yang paling depan, langsung aja tuh kita ber-6 beli disitu oleh-olehnya. Kita males jalan lagi ke dalem, yang disini udah murah. Aku beli 7 renteng ganci Malay (isi 42 ganci seharga 42 RM), satu renteng magnet kulkas (isi 3 harga 10 RM) dan miniatur Twin Tower seharga 6 RM. Aku cuma beli segitu aja, ga yakin juga yang aku kasih oleh-oleh nanti ngejaga oleh-oleh dari aku :D.

Ga kerasa waktu udah menunjukkan pukul 11 malem aja. Aku dan geng bingung, apa kita mau balik ke hotel atau lanjut ke Twin Tower? kalau lanjut, bisa-bisa nanti kemaleman pulangnya, kalo engga, gatau juga apa besok malem bisa nikmatin gemerlapnya Twin Tower, karena besok Closing Ceremony pasti bakalan sampe malem banget. Abis perdebatan yang panjang, eventually we chose back to hotel.

CITY TOUR DAY! Today is the third day. All full commodation delegates will have a city tour around KL today. Aku bener-bener ga sabar mau jalan-jalan. Kami semua pakai AYIMUN T-shirt yang warna putih biar ga ilang :p. Aku dapet bus 8 dari 9 bus, jadi berangkat terakhiran :((.

Pertama-tama kami pergi ke Istana Negara. Bangunannya serba kuning-abu dengan gerbang istana yang mahabesar. Istananya bener-bener gede banget. Istananya lebih mirip mesjid tapinya, tentu saja karena ini di Malaysia, bukan London. Sultan memegang kekuasaan tertinggi di Malaysia.

Sama Teh Vita :)

@Istana Negara Malaysia


Halamannya abu terang dan super luas. Dikelilingin bukit di sebelah kiri dan hamparan rumput hijau di sebelah kanan. Ada dua orang  penjaga gerbang istana yang berpakaian khas Melayu di sisi-sisi gerbang. Aku banyak mengambil foto disana.

Kami pun meninggalkan Istana Negara setelah 30 menit. Ada satu hal yang kusuka saat di perjalanan dari Istana Negara, yaitu tulisan "Ya Allah Rahmatilah Kuala Lumpur" yang buatku, itu sangat-sangat keren, bener-bener islami Malaysia ini.

Kami sampai di ASEAN Garden. Disana ada tugu yang dikelilingi kolam untuk mengenang jasa para pahlawan Malaysia yang gugur. Lebih dalam lagi, disana ada kolam yang lebih besar dengan patung di tengah-tengahnya. Dua orang Malaysia sedang diinjak dan ditodong senapan oleh 4 tentara Inggris.

Di taman ASEAN


Kami tidak terlalu lama disana, sehabis itu kami pergi ke Masjid Nasional Malaysia yang super gede (tapi tetep aja gedean Istiqlal), kami hanya lewat. Di beberapa persimpangan ada banyak kastil peninggalan bangsa Inggris yang masih terawat dengan baik.

Akhirnya kami sampai di tempat yang paling aku suka, Dataran Merdeka namanya. Sebenernya cuma sebuah komplek bangunan Inggris, but arsitekturnya keren banget. Aku ngerasa berada di London, bukan di KL. Ya ini kalo di Indonya sama kayak Kota Tuanya lah ya. Dataran Merdeka beneran gede dan indah banget.

Di Dataran Merdeka


Selanjutnya kami pergi ke Masjid Pink. Disana kami makan siang terlebih dahulu, berfoto-foto ria di tepi danaunya yang kaya yang ada di Sidney :p. Waktu itu hujan deras, aku dan kak Aulia naik ke masjid lari-larian walau make payung.

Di Masjid Pink ini, semua pakaian harus longgar dan menutup aurat. Yang pake kerudung belum tentu bisa masuk kalo celananya masih ketat atau kerudungnya ga nutupin dada. Sebagai solusinya, masjid udah nyediain jubah merah agar pengunjung bisa tour masjidnya dengan jubah itu. Gatau tuh kalo bayar lagi apa enggaknya. Aku sih udah dari lama emang kebiasaan pake rok, baju panjang dan kerudung yang nutupin dada, jadi aku tinggal masuk aja.

Itu tuh Mesjid Pink

Ini danau (atau sungai?) di sebelahnya


Alhamdulillah aku berkesempatan salat di masjid itu. Jama' zuhur dan asar. Maasya Allah, masjidnya emang megah dan keren banget, apalagi pas bisa liat ke danau dari dalam masjidnya.

Singkat cerita, udah lama-lama di mesjid kita pergi ke toko coklat asli Malaysia. But coklatnya mahal-mahal banget, yang paling murah aja 300 RM (sekitar sejuta). Aku sih seneng pas bagian tester aja... wkwkwk.

Destinasi terakhir yaitu Twin Tower! Awalnya pemandu wisata bis kami tidak membolehkan kami turun karena waktu City Tour kami sudah habis, tapi akhirnya dibolehin juga. Twin Tower emang tinggi bangettttt! Aku ngerasa jadi semut.


In front of Twin Tower

Abis seneng-seneng foto selama 20 menit di depan Twin Tower, balik lagi deh kita ke hotel. Aku sama Kak Tania ga langsung mandi, karena itu masih jam 3 sore dan closing ceremony mulai jam 7. Jadi aku usul kek kak Tania gimana kalo kita nonton film aja, kebetulan aku bawa flashdisk. Kak Tania setuju. Dia request pengen yang rada romantis katanya (padahal aku gapunya film romance :D) tapi aku punya film 99 Cahaya di Langit Eropa 2, menurut aku itu quite romance. Jadi deh kita nonton itu. Kak Tanianya juga belum pernah nonton.

Awal-awalnya kak Tania seneng tuh nontonnya, gregetan banget malah. Soalnya ternyata emang film romance (pas bagian awal-awal mah ;'D) tapi ujung-ujungnya dia nangis berat (si Aysenya meninggal, kan). Sampe dia marah-marah lempar bantal, "Aifa kamu jahat udah bikin aku nangis!" hahaha aku sih seuseurian wee ;p.

Jam 7 malem kita ke ballroom untuk menghadiri Closing Ceremony. Semua orang pake baju adatnya masing-masing, dan mereka niat banget, sampe ribet-ribet bawa topi khas malah. Aku duduk di meja peserta paling depan biar keliatan. Di meja itu aku cuma kenal Anjani, yang lainnya belum kenal. Begitulah, selama aku disana, kemana pun aku pergi pasti kenalan sama orang baru. Jalan dikit, kenalan. Jalan jauh, kenalan. Kenalan aja terus :P.

Di mejaku ternyata ada orang Jepang, the only one from Japan dia. Namanya Naruko. Malam itu, setiap meja disediakan prasmanan besar di tengah meja. Piring, cangkir, sendok, garpu dan pisau berjajar rapi di depan kami. Malam ini kami makan sambil melihat pertunjukan, bukan di resto/kotak lagi. Rasanya cepat sekali waktu berlalu. Baru saja kemarin Opening Ceremony, sekarang udah Closing lagi :(((((((((((((.

Pertama-tama ada penampilan pentas budaya, itu buat yang udah daftar mau nampilin aja. Kebanyakan emang dari Indo, secara, peserta terbanyak dan budayanya banyak juga kann :DDD. Ada dari Sulawesi, Jabar dan Padang. Yang aku aku suka itu tari dari Nepal, mereka nari semangat banget, aku seakan-akan nonton teater Bollywood jadinya (Nepal kan deket India jadi tarinya masih rada mirip).

Delegates from Nepal


Sambil liatin performances, kita yang nonton sama Chairs co-Chairs menikmati makan malam. Mewah sekali.

Setelah acara adat selesai, tibalah saatnya pengumuman awards. Aku emang udah feeling ga bakal dapet, mau dapet gimana coba, kalo pidato aja cuma sekali :'D. Yang banyak tuh UNESCO sama IMF awardnya, satu award ada tiga orang. Ya jelas karena delegatesnya banyak.

Aku cuma bisa liatin mereka yang dapet award. Mereka pas komite emang bener-bener keren, ga diem sama sekali. Diantaranya ada delegate of Mexico, Pakistan, Sudan, Belgium, Motenegro and Chile. Aku akui mereka emang hebat kemarin pas di komite session.

Ga cuma delegate aja, Chairs & CoChairs juga dapet kenang-kenangan dari AYIMUNnya. Mereka udah lakuin yang terbaik buat ngedidik delegates mereka, walau artinya mereka harus tegas, aslinya mah justeru gokil mereka tuh. Apalagi Russel, dia gokil banget. Cek aja instagramya :DD.

Sophie menerima kenang-kenangan dari AYIMUN, tapi Russelnya ngga tau kemana, jadi diwakilin sama Chair Komite OIC :'D


Abis awarding, tiba-tiba lampu mati, dan seorang laki-laki maju ke depan sambil nyanyi Heal The Worldnya Michael Jackson. Disusul 3 orang lainnya. Mereka kayaknya udah dipilih sama panitia buat nyanyi. Tapi yang aku suka, kita semua se-aula itu nyanyi bareng. Keren banget, menyentuuuuuh banget. Aku bener-bener ngerasain, kita yang disini semuanya, bener-bener agen dunia untuk menyembuhkan dunia ini. Disitu kira nyanyi bener-bener dari hati. Orang-orang ngelambain tangan dengan hp yang terflashlight, jadi kaya titik-titik kecil harapan kami di dunia yang gelap.

Mengharukannnnnn tauu


Satu persatu orang naik ke panggung. Ikut nyanyi bareng. Aku juga ikut naik ke panggung. Dan lagu MJ ini bener-bener menggema di aula. Semua orang bener-bener kesentuh sampe air mataku menggenang di pelupuk mata :'D (alay ga sih??). Sedih rasanya harus berpisah sama mereka semua disini yang punya satu mimpi yang sama, yaitu merubah dunia menjadi lebih baik.

Akhirnya Closing Ceremony pun selesai. Kami semua berpelukan dan bersalaman. Tidak lupa yang pastinya foto-foto. Diluar aula, udah disiapin meja-meja per council untuk pengambilan sertifikat. Aku menuju meja UNHCR di sudut ruangan. Aku pinta sertifikatku, Sertifikatnya keren banget, Maasya Allah ga nyangka aku bisa dapet sertifikat internasional kaya gini.

Aku sempet foto-foto sama Russel dan Sophie (lagi), sambil megang sertifikat, hihiii senengggg banget. Aku juga sempet minta foto-foto sama bule yang lain. Heheee.

Sama Russel dan Sophie lagiii!

Horraayyy



Kemarin malam saat di Petaling, geng Bala-bala sepakat kalo malem abis Closing bakal lanjut ke Twin Tower. Maka, abis foto-foto udah cukup, aku pergi ke kamar dan ganti baju. Di kamar udah ada Kak Tania yang dari tadi nungguin. Kita bingung ini geng Bala-bala udah pada siap apa belum, kayanya masih asik foto-foto. Akhirnya aku dan kak Tania ke bawah nemuin mereka, yang ternyata baru banget selesai foto-fotonya. Waktu udah nunjukkin jam sebelas waktu KL. Akhirnya karena gamau lama-lama nungguin yang lain ganti baju, kita langsung mesen taksi onlen dan cus ke KLCC. Masih pake kebaya dan bawa-bawa sertifikat! :'DD.

Nyampe di KLCC jam 11.30 PM (lama nunggu taksinya) dan dari situlah aku liat secara jelas indahnya Twin Tower pada malam hari. Aku langsung take selfie aja :)). TAPI. Pas baru aja aku sekali selfie, tiba-tiba ujung lampu Twin Tower mati, eh secara menyeramkan lampunya berderet mati sampe ke bawah. Kita semua ketakutan, takut ada apa-apa. Kirain KL ngejepret atau apa. Tapi gedung sebelah nyala?

Sama geng Bala-bala :'D sebelum berangkat ke KLCC

Untung sempet pas masih nyala

Ka Vita (kiri) Kak Tania (Kanan)


Tenyata KLCC emang dimatiin lampunya sekitar mau jam 12 malem, entah karena alasan apa aku gatau. Maksudku, yang aku pengen, ini kan ikon Malaysia, turis bisa dateng kapan aja. Kenapa harus DIMATIIN? sumpah waktu itu kita kecewa banget. Jadi aja kita foto-foto bareng Twin Tower yang udah mati, untung ada lampu jalan jadi masih bisa bantu foto biar terang. Guys, kalo mau ke KLCC datanglah sebelum jam 12 malem yah :'')).

Aku sampai di hotel jam 00.30. dan langsung ambruk di kasur.


Hari terakhir :(.

Kemarin aku pesan airport assistance untuk jam 2 siang, jadi aku menghabiskan waktu pagiku dengan nonton TV, coz aku kalo mau jalan-jalan pun gatau sama siapa dan beli apa. Kak Tania pagi-pagi tadi udah pergi mau beli koper. Jadi aku sendirian di kamar.

Bosan novi, aku pun mandi dan pergi sarapan ke resto. Aku benar-benar menikmati sarapan terakhirku di Malaysia itu. Aku duduk sendiri dan merenung sendiri, apalagi restonya sepi dan musiknya juga disetel yang klasik. Waktu yang pas banget buat sendiri sambil merenungi kejadian tiga hari kemarin, betapa Allah seperti ga ngeliat dosa-dosa aku segede apa, tetep aja Dia ngasih nikmat yang luar bisana kaya gini.

Aku bingung mau kemana abis sarapan. Baru jam 9 pagi. Aku akhirnya melakukan hotel tour, ditelusurin tuh satu-satu lantai. Ternyata tiap lantai beda tema dan beda warna. Untung lantai 15 belas temanya biru, kesukaanku.

Saat aku balik ke kamar dan baru aja nyeduh kopi, telepon kamar berdering. Katanya harus check out sebelum jam 12. Jadi saja kopiku tidak terminum dan aku langusng ke lobby. Disana udah banyak delegates yang berkumpul. Sama-sama nunggu airport assistance.

Kak Tania pesan airas jam 1, jadi dia pergi duluan. Kami berpelukan dan janji "Nanti ketemu di MUN-MUN selanjutnya loh ya!" aku mengangguk dan mengaminkan.

Perjalanan ke KLIA 2 sangat kama, hampir semua yang ada di bus tertidur, termasuk aku. Sampai di airport kira-kira jam 4 PM dan rombongan yang ke Bandung langsung check-in. Ternyata flightnya diundur ke jam 18.00. Tak apalah. Yang bikin cape itu pemeriksaan tas sampe gate Q13nya, sumpah itu JAUH banget.

Perjalanan kali ini sangat berarti buatku. AYIMUN 2017 sangat berkesan dan memberi pelajaran. Semoga Allah merahmati langkah-langkahku selama di Malaysia, dan pengalamanku bisa bermanfaat untukku, keluargaku, lingkunganku, dan seluruh dunia. Allahumma Aaaaamiiin :D.





THE END



Nb: TERIMA KASIH BANYAK kepada sekolah dan almamaterku tercinta SMA Alfa Centauri Bandung, yang telah mendukung dan menyediakan segala hal hingga aku bisa pergi abroad. Aifa ga tau gimana cara balesnya, semoga Allah membalas semua jasa-jasa bapak dan ibu guru disana. Terkhusus untuk Mr.Ihsan Ibadurrahman, ketua yayasan (yang ga berasa ketua yayasan) yang udah mempersiapkan Aifa untuk pede ngomong english, kalo engga belajar sama Mr.Ihsan mungkin Aifa bakal nangis waktu dipanggil sama delegasi IP, dan udah ngajak Aifa ke Palestine Embassy di Jakarta. Untuk Pa Risdi dan Bu Nina, yang udah siapin mental Aifa, pertama buat wawancaranya yang pertama (sama wawancara yang buat ke Korea, Pak Bu beneran itu deg degan banget), yang udah sibuk nyariin sponsor, siapin paspor, tiket pesawat dan lain sebagainya, semoga Allah membalas jasa Bapak dan Ibu dengan surga. Juga kepada Pak Fahmi, wali kelas terrrr terrrr lah pokonya, 😅😅😆 yang udah jadi jembatan Aifa menginfokan keberhasilan Aifa lolos tahap seleksi AYIMUN ke sekolah, kalo wali kelas Aifa bukan bapak, belum tentu tanggal 3 kemaren Aifa ke Bandara Husein Sastranegara. Buat Miss Arum, yang udah nyediain waktu tiap Selasa dan Kamis ngoreksi english writing aku, ga dibayar pula, dan ngasih motivasi-motivasi biar aku ga malu-maluin selama di Malaysia. Buat Mamah dan keluarga besar, yang udah doain dan doain selalu, yang khawatiran banget sama Aifa, 😅😅. Buat Ayah yang sedang istirahat tenang di alam sana, Ayah selalu jadi motovasi Aifa. Buat teman-teman yang mewarnai hari-hariku yang tadinya burem kayak kertas kotretan. Dan yang paling utama, buat Allah SWT yang telah menggariskan ini semua dalam lembaran hidupku, dengan kehendak-Nya aku masih bisa bernapas sampai hari ini, dengan izin-Nya aku bisa menginjakkan kaki di Malaysia, skenario-Nya yang luar biasa membuat akalku tidak bisa berpikir banyak. Ampunan-Nya yang sangat luas melampaui alam jagat raya, yang kalau saja Allah berkehendak, buat apa ngasih rejeki banyak-banyak ke Aifa, padahal Aifa ga pernah ibadah banyak-banyak, hafalan Quran biasa aja, sedekah juga biasa aja, dosa? Jangan ditanya. Lebih tinggi dari Everest mungkin. Tapi Allah ga ngeliat itu semua, Allah kasih tanpa syarat rezeki ini ke aku. Dengan cara-Nya ini aku selalu ingat bersyukur dan kasih sayang-Nya. Juga buat jungjunganku, Nabi Muhammad saw, yang kalau tidak ada beliau, dan teladan darinya, bisa jadi sekarang aku ada diantara cewek-cewek yang naik motor berempat di jalan raya, ga make helm pula.❤❤❤

Jika ada yang ingin ditanyakan, silakan DM ke ig @rarahafi atau email humairaaifaa@gmail.com

Komentar

  1. Hai ! Mau tanya dong. Kebetulan aku ikut AYIMUN thn ini (2019), nah untuk tiket pulang pergi naik pesawat itu bayar nya beda-beda atau udah jadi satu dengan pembayaran awal ya ?
    Untuk pembayaran awal , aku pilih full accomodation yg early bird.
    Thanks ��

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai kak. Kalau tiket pesawat itu berbeda dengan biaya konferensinya, maksudnya terpisah. Full accommodation itu meliputi hotel, tour, makan, dan airport assistance. Pulang pergi pesawat atau tidaknya bisa kakak pilih sendiri. Tapi sejujurnya saya kurang tahu untuk sistem AYIMUN 2019, saya nggak ikut lagi, hehe :)

      Hapus
  2. Hai Aifa, cerita pengalam kamu tentang AYIMUN menarik banget!
    Kebetulan aku juga berminat untuk mendaftar tahun ini (2019), any tips on how to write good motivation letter?
    I will truly appreciate it hehe... thank you!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sebenernya waktu saya daftar ngga bener bener yakin kalo saya nulis molet, eh tiba tiba keterima😅 jadi waktu itu saya liat liat aja contoh molet di google

      Hapus
  3. Assalamu alaikum Aifa, baca ttg pengalamanmu ini aku jadi punya gambaran tentang ayimun, cuman sayang banget yg bagian DR-nya kelewat tapi postinganmu ini berfaedah sekali, terimakasih yaa. Anw, ayimun 2018 itu ada berapa councils? tahun ini ada 17 councils banyak banget khaaan dan lagi di agenda tahun ini meeting sessionnya tuh sampai 7x jadi 2 hari setelah itu langsung closing :'D.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Waalaikumussalam kak Ayu Fadilah, wah iya DR kelewat ya? Alhamdulillah kalau berfaedah. Btw aku gatau thn 2018 ada brp council, aku ikutnya yg 2017, dan perasaan waktu itu ga sampe 10 council.

      Hapus
  4. Aku mau tanya2 soal ayimun, ada ig atau line ga? Kebetulan aku keterima ayimun taun ini

    BalasHapus
  5. Halo kak aifa aku mau nanya soal ayimun nih, jadi fee acomodation itu tetep harus bayar ya? Gak da yg gratis hehe
    Sekitar 5jt kalo ambil full akomodasi artinya kita tinggal bayar dan kesana?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hai kak Finariyah, iya kak fee accommodation itu bayarannya. Kalo full akomodasi udah include semua. Tinggal pesawatnya saja :)

      Hapus

Posting Komentar

Postingan Populer