AKU CANDAKA-DUTA LITERASI JAWA BARAT

Siang itu, hari Kamis, saat pelajaran Bahasa Inggris yang baru mau mulai, Pak Nana, guru Kimia kelas sebelasku dengan tergesa memasuki kelasku yang baru, dua belas miia 9. Dengan sopan ia meminta izin pada Miss Fitri, "Miss, punten, mau ke Aifa."
Aku menoleh, kaget. Ada apa? Kenapa ya aku sering banget dipanggil guru, walaupun kenyataannya yang terjadi selalu hal-hal baik sih.

"Oh iya Pak, silakan." Begitu melihat Miss Fitri mengangguk, aku segera berjalan keluar kelas diikuti seruan-seruan usil teman kelas dua belasku, "Hayoloh Ai.. ngelanggar ya kamu.. hayoloh entar disidang.." dan aku malah tertawa mendengarnya. Memang aku melanggar apa? Selama hampir tiga tahun di Alcent, nggak pernah tuh seragamku tidak sesuai aturan. Aku selalu patuh.

"Aifa, langsung naik ke lantai tiga ya, ke ruang eskul, Bapak mau manggil yang lain dulu."

"Ada apa Pak?" meskipun yakin tidak akan ditegur, tetap saja setiap panggilan guru terasa membawa kecemasan.

"Nanti Bapak jelasin ya, sekarang kamu ke atas saja."

"Oke."

Begitu sampai di depan ruang eskul, aku ragu-ragu masuk ke dalam karena sudah banyak orang. Salah ruangan kali, ya? Tapi aku melihat teman kelas dua belasku dari kelas lain, Ratu, dengan bahasa tangannya menyuruhku masuk. Aku pun masuk dan duduk di barisan paling kedua dari depan, ku perhatikan barisan ketiga sampai paling belakang diisi kelas sepuluh.

"Ini kumpulan apa? Aku nggak tahu apa-apa." Dengan nada cemas aku bertanya pada Ratu.
"Benaran nggak tahu?" Tanyanya balik. Aku menggeleng keras, acara apa sih?

"Ah, nanti juga kamu tahu. Santai aja."
Tak lama kemudian Pak Nana datang dengan napas yang terengah-engah, seperti habis diburu seseorang. "Alberto sama Rahma kelas dua belas nggak ada. Jadi, kita mulai saja ya."

Singkatnya, Pak Nana menjelaskan, bahwa kami yang berkumpul disini adalah siswa-siswa yang dipilih untuk menjadi Duta Literasi SMA Alfa Centauri. Yang terpilih adalah siswa yang rajin membaca buku dan mereviewnya di web literasi Alcent.

Tentu saja aku terkejut. Aku memang suka membaca buku sih, suka banget malah. Tapi aku jarang ngisi web literasi Alcent. Bapak tahu dari mana? Sekolah tahu dari mana? Siapa yang melaporkan hobiku?

Ditengah keterkejutanku itu--sementara yang lain manggut-manggut saja karena sudah tahu, aku heran sampai hari ini kenapa hanya aku yang tidak diberi tahu apa pun-- Pak Nana melanjutkan, bahwa tugas kami adalah membaca buku dan menulis reviewnya dalam bentuk doc ke email Pak Nana atau Pak Feby (guru Bahasa Indonesiaku kelas sebelas), minimal 250-500 kata. Selain itu, kami juga dibebani tugas menulis artikel populer dengan jumlah kata yang sama seperti review buku, minimal sekali dalam satu bulan. Lebih baik kalau pakai Bahasa Inggris. Review-review dan artikel-artikel itu selanjutnya akan dikirimkan ke Disdik Jabar dan ditampilkan dalam web literasi Provinsi Jawa Barat. That's a big thing, Pak!

Aku setengah senang dan setengah mengeluh, Bagaimana caranya aku mengerjakan tulisan-tulisan ini? Sedangkan jadwalku sebagai siswa kelas dua belas sudah fully booked oleh acara rohis, bimbel dan kerja kelompok (anda tidak tahu bagaimana padatnya jadwal kelas dua belas Alcent, bahkan tidak ada libur akhir tahun). Tapi aku tetap optimis.


Beberapa minggu berlalu, tiba-tiba di grup literasi Alcent, Pak Nana mengumumkan tentang lomba menulis artikel tentang keunikan Jawa Barat yang akan membuat orang tertarik berkunjung ke Jawa Barat. Yang artikelnya bagus akan mendapatkan tiket mewakili sekolah untuk mengikuti Workshop/bimbingan menulis dari Pemprov di Hotel Grand Lembang Bandung selama empat hari, gratis tentunya.

Aku membaca pengumuman itu perlahan. Sudah terlalu sering aku dihadapkan pada broadcast lomba-lomba dengan hadiah fantastis, jadi aku biasa saja ketika disebutkan hadiah berapa pun dan apa pun. Toh, ikut kompetisi kan bukan ingin hadiahnya saja, tapi juga ilmu dan jiwa kompetitif.

Namun, aku berniat mengikuti lomba menulis artikel itu.
...

Singkat cerita, dari 30 Duta Literasi Alcent, hanya 8 orang yang mengirim tulisan. Di suatu sore yang padat, aku mendapat pesan bahwa 7 diantaranya lolos dan dapat mewakili Alcent (nanggung banget ga sih), namun nama yang lolos belum dikirimkan dari Pemprov. Aku tersenyum, selamat kepada yang lolos! Dan aku benar-benar tidak mengharapkan diriku lolos karena, walau pun ingin --dan ditambah berbagai pengalaman pahit seputar pengumuman sebuah acara--, aku masih punya segudang rapat-bimbel-ulangan-kerkom yang menggunung dan rasanya malas sekali menumpuknya lagi. Aku tidak berharap banyak.

Esok paginya, Pak Nana mengumumkan nama-nama itu.
1. Aifa
2. Shofi
3. Safa
4. Raihan
5. Nabilla
6. Setyo
7. Aby

Deg! Namaku terletak di urutan pertama dan aku langsung mengucap hamdalah. Aku tidak tahu harus senang atau sedih membaca hal ini, tapi aku tahu sebuah kisah sedang dipersiapkan untukku. Bismillah, insya allah tugas-tugas itu ga bakal masalah. Kan, ini mewakili sekolah.

--to be continue--


Komentar

Postingan Populer