Televisiku yang Hilang -Kisah Kisah Kecil


Kadang-kadang, hal-hal yang kurang baik memang kita anggap kurang baik. Padahal, nyatanya tidak begitu. Ada banyak sekali rahasia yang tersimpan dibalik terjadinya suatu peristiwa. Allah berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 216.  “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” Shadaqallah.

Seperti yang aku alami ini. Dulu, aku suka sekali menonton televisi. Tahu kan ya, dahulu sebelum ada gadget, orang-orang, apalagi anak kecil, paling suka nonton televisi. Banyak kartunnya. Waktu itu umurku masih lima tahun dan masih kelas TK B. Menonton televisi adalah kewajiban setiap pagi, sore dan malam hari. Pokoknya setiap waktu harus nonton tv, yaaa tentu saja masih ada waktu mengaji dan bermain di luar dengan teman-teman. 

Tapi, kenyataan berkata lain. Ayah dan Mamah sangat butuh uang untuk suatu keperluan (atau justru untuk makan kami, anak-anaknya) sehingga dengan terpaksa harus menjual televisi kecil kami. Ayah menjualnya ketika aku sedang berada di sekolah. Jelas saat pulang aku tersedu-sedu karena teman kecilku pergi untuk selamanya. Entah kapan ayah dan mamah akan membeli televisi lagi, aku tidak tahu. Yang jelas saat itu aku marah kepada mamah dan ayahku yang telah merenggut keceriaanku sehari-hari.

Efeknya, aku jadi malas pulang ke rumah dan memilih berlama-lama di sekolah (duh egois banget ya, kaya udah dewasa aja :D), soalnya aku masih marah sama Mamah dan Ayah. Aku menghabiskan waktu sore barmain-main dengan wahana bermain di halaman sekolahku. Guru-guru juga suka pulang sore dan senang melihatku bermain di taman, yang padahal melampiaskan kekosonganku karena tidak ada tv. 

Lama kelamaan, guru-guru mengajakku ke kantornya yang dipenuhi buku-buku cerita. Sebenarnya aku sudah bisa membaca sejak TK A, tapi aku tertarik melihat buku-buku itu karena gambarnya yang menarik dan penuh warna, Dari bermain-main di taman, aku jadi beralih ke kantor guruku untuk melihat gambar-gambar di buku cerita. Aku mulai suka meniru gambar-gambar itu, dan sering aku bawa bukunya ke rumah. Seluruh dinding kamar dipenuhi dengan gambaranku yang terpengaruh gambar-gambar dari buku. Entah bagaimana awalnya, ada satu buku yang menarik sekali sehingga aku sangat penasaran apa jalan ceritanya. 

Ternyata, ceritanya sangat menarik!Aku mulai mencari buku lain dan ternyata semua ceritanya menarik! Sangatttt!! Memang kebanyakan cerita tentang tokoh-tokoh umat Islam di masa Rasulullah, namun dalam bentuk buku anak. 

Sejak saat itu, aku jadi suka baca buku. Bukan buku saja, bahkan sejak SD aku sudah suka baca koran dengan Ayahku di pagi dan sore hari, Macam-macam berita aku telan dan bahkan sampai aku bawa-bawa ke sekolah karena ingin membaca. Jika tidak punya uang untuk membeli buku, maka perpustakaan TK dan SD adalah  tempat yang pas untuk meminjam. Apapun, asal aku bisa baca.

Bukan hanya membaca, bawaan menggambar pun masih ada. Dari satu waktu aku menggambar, lama kelamaan menjadi hobi dan kesenangan dan akhirnya menjadi prestasi. Banyak sekali piala dan piagam yang aku raih karena lomba menggambar, mewarnai dan melukis. Banyak sekali. Aku tidak tahu pasti berapa jumlahnya, Sampai sekarang pun, kelas dua SMA, aku masih memenangi lomba-loma menggambar, yang terakhir lomba kaligrafi. Begitu juga dengan lomba menulis, lomba puisi, cerpen, surat, aku jajal. Mungkin kalau sekarang banyaknya lomba blog. Namun sepertinya bakatku di menulis masih harus banyak latihan. Menangnya ga sebanyak kalahnya.

Tapi yang paling penting dari itu semua adalah, hobi utamaku saat ini. Membaca. Aku tidak bisa meninggalkan satu hari tanpa membaca, sumpah deh. Setiap hari, pasti ada aja satu buku yang aku bawa ke sekolah. Satu minggu bisa dua-tiga buku dilahap. Mau buku sendiri, mau pinjam, pokoknya baca buku. Aku telah berubah menjadi pecandu buku, dari yang dulunya pecandu televisi.

Aku tidak bisa membayangkan bagaimana jika waktu itu Mamah memilih menuruti nafsuku menahan televisi agar tidak dijual, mungkin sampai sekarang aku akan menonoton televisi terus. Mungkin sifatku akan banyak dipengaruhi sinetron ga jelas, mungkin aku bakal pacaran, mungkin aku bakal tawuran, mungkin aku bakal jadi cabe-cabean, mungkin aku bakal ngebantah orang tua, mungkin aku bakal jadi pembohong, centil, dan hal-hal buruk lainnya yang sering aku temukan di televisi, utamanya masa kini.

Dengan membaca buku, aku merasakan sekali banyak manfaat yang aku peroleh. Wawasanku jadi lebih luas, kemampuan menulisku meningkat, jadi tahu banyak pandangan menurut orang-orang, jadi lebih dewasa dan tidak main hakim sendiri, berpikir sebelum berbicara dan bertindak, jadi lebih tahu mana yang benar dan mana yang salah. Dan masih banyak lagi sebenarnya, mungkin kalian sudah tahu, 

Apa jadinya jika waktu itu Mamah tidak menjual televisi kecilku? Mungkin aku sudah jadi anak jalanan (baca: anak cewek yang kerjaannya mangkal di pinggir jalan sambil ngerokok, naik motor bertiga, pake celana sepaha, dan punya delapan belas mantan) dan udah dikeluarin dari sekolah. Ah, memang Allah adalah Perencana Terbaik. Dia yang MAHATAHU, DIA yang memiliki ruh dan jiwa kita. Maka, jika ada suatu musibah atau hal buruk yang menimpamu, berbaik sangkalah kepada Allah... itu adalah suatu tanda bahwa kau akan menerima sesuatu yang lebih baik, entah itu lambat atau cepat. Kisahku sampai sekarang menjadi pecandu buku bukan sebentar, aku baru menyadarinya sekarang. Allah Maha Adil, Allah Maha Penyayang. Maka, luaskan hati dan pikiran kalian ketika musibah menimpa... karena hadiah dari Allah menanti...


NB: Mamah dan Ayah beli tv lagi waktu aku mau naik kelas enam, sayang sekali aku sudah ga suka sama tv :D.

Komentar

  1. Subhanallah...menarik sekali kisahnya, menggambarkan betapa indahnya rencana yang telah Allah gariskan dalam kehidupan kita, walaupun terkadang memang pahit yang kita rasakan di awal, tapi setelah itu selalu ada hikmah yang tak henti-hentinya kita syukuri. Oh iya kak Aifa, minta tips dong supaya bisa kecanduan baca buku kayak kakak...apalagi ditengah kondisi zaman yg seperti ini, rasanya tangan ini gk bisa jauh2 dari gadget.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer